Da'wah Mengajak
Kepada Aqidah Yang Shahih Membutuhkan
Usaha Yang Sungguh-Sungguh Dan Berkelanjutan
Usaha Yang Sungguh-Sungguh Dan Berkelanjutan
Da'wah mengajak kepada tauhid dan
menetapkan tauhid di dalam hati manusia mengharuskan kita tidak membiarkan
melewati ayat-ayat tanpa perincian sebagaimana pada masa-masa awal. Demikian itu
karena, yang pertama mereka memahami ungkapan-ungkapan bahasa Arab dengan mudah,
dan yang kedua karena ketika itu tidak ada penyimpangan dalam hal aqidah yang
muncul dari ilmu filsafat dan ilmu kalam yang bertentangan dengan aqidah yang
lurus. Kondisi kita pada saat ini berbeda dengan kondisi kaum muslimin pada
masa-masa awal. Maka tidak boleh kita menganggap bahwa da'wah mengajak kepada
aqidah yang benar pada masa ini adalah mudah seperti keadaan masa-masa awal. Dan
saya ingin mendekatkan hal ini dengan satu contoh yang dalam contoh ini dua
orang tidak saling berselisih -Insya Allah- yaitu :
Diantara kemudahan yang dikenal
ketika itu adalah bahwa para sahabat mendengar hadits dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam secara langsung, kemudian para tabi'in mendengar
hadits dari para sahabat secara langsung, demikianlah kami mendapati pada tiga
generasi yang dipersaksikan memiliki kebaikan. Dan kami bertanya: Apakah ketika
itu di sana terdapat suatu ilmu yang disebut dengan ilmu hadits? Jawabannya
"tidak". Dan apakah ketika itu disana terdapat ilmu yang disebut ilmu Jarh wa
ta'dil? Jawabannya "tidak". Adapun sekarang, seseorang penuntut ilmu mesti
memiliki kedua ilmu ini, kedua ilmu ini termasuk fardhu kifayah. Hal itu agar
seorang 'alim pada saat ini mampu mengetahui suatu hadits apakah shahih atau
dhaif.
Maka urusannya tidaklah dianggap
mudah sebagaimana urusan ini mudah bagi para sahabat, karena para sahabat
mengambil hadits dari sahabat lainnya yang mereka itu telah dijamin dengan
persaksian Allah 'Azza wa Jalla atas mereka hingga masa akhir. Maka apa-apa yang
ketika itu mudah, tidaklah mudah pada masa saat ini dari sisi kejernihan ilmu
dan kepercayaan sumber pengambilan ilmu. Oleh karena itu, harus ada perhatian
yang serius terhadap masalah ini sebagaimana mestinya berupa apa-apa yang sesuai
dengan berbagai problem yang mengitari kita sebagai kaum muslimin sekarang ini
dimana problem ini tidak dimiliki oleh kaum muslimin generasi awal dari sisi
kekotoran aqidah yang menyebabkan (terjadinya) problema-problema dan menimbulkan
syubhat-syubhat dari ahli-hali bid'ah yang menyimpang dari aqidah yang shahih
dan manhaj yang benar dengan nama yang bermacam-macam, diantaranya adalah seruan
untuk mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut pemikiran mereka, sebagaimana
diakui oleh orang-orang yang menisbahkan (diri) kepada ilmu
kalam.
Dan ada baiknya di sini kami
menyebutkan sebagian apa-apa yang terdapat dalam hadits shahih tentang hal ini,
diantaranya adalah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau
menyebutkan tentang ghuraba' (orang-orang yang asing) pada sebagian
hadist-hadits tersebut, beliau bersabda :
"Bagi satu orang di antara mereka lima puluh pahala" Mereka (para
sahabat) berkata (50 pahala) dari kami atau dari mereka ya, Rasulullah? Beliau
menjawab : "Dari kalian".[1]
Dan ini termasuk dari hasil
keterasingan yang sangat bagi Islam pada saat ini dimana keterasingan seperti
itu tidak terjadi pada masa-masa generasi awal. Tidak diragukan lagi, bahwa
keterasingan pada masa generasi awal adalah keterasingan antara kesyirikan yang
jelas dan tauhid yang bersih dari segala noda, antara kekufuran yang nyata dari
iman yang benar. Adapun sekarang ini problem yang terjadi adalah di antara kaum
muslimin itu sendiri, kebanyakan dari mereka tauhidnya dipenuhi dengan noda
syirik, dia memperuntukkan ibadah-ibadah kepada selain Allah dan dia mengaku
beriman.
Permasalahan ini harus mendapat
perhatian yang pertama. Dan yang kedua, tidak sepatutnya sebagian orang berkata:
"Sesungguhnya kita harus berpindah kepada tahap yang lain selain tahap tauhid,
yaitu kepada politik!!" Karena da'wah pertama dalam Islam adalah da'wah yang hak
(yaitu da'wah mengajak kepada kebenaran) maka tidak sepatutnya kita berkata:
"Kami adalah orang Arab dan Al-Qur'an turun dengan bahasa kami" Padahal perlu
diingat bahwa orang Arab pada saat ini berbeda dengan orang arab 'ajam yang
memahami bahasa mereka sendiri. Hal ini menyebabkan jauhnya mereka dari kitab
Rabb mereka dan sunnah Nabi mereka.
Taruhlah bahwa kita ini orang Arab
dan telah memahami Islam dengan pemahaman yang benar, tetapi tidak mengharuskan
kita untuk berpolitik dan menggerakkan manusia dengan gerakan-gerakan politik
serta menyibukkan mereka dengan politik, tetapi kewajiban mereka sekarang ini
adalah memahami Islam dalam hal aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak!! Saya
tidak yakin bahwa sekarang ini terdapat suatu bangsa yang terdiri dari jutaan
orang telah memahami Islam dengan pemahaman Islam yang benar dalam hal aqidah,
ibadah, dan akhlak, dan mereka telah terdidik atas hal
tersebut.